Syi’ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran.
Kelompok ini terpecah menjadi lima sekte yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah
(Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat, dan Ismailiyyah. Dari kelimanya, lahir
sekian banyak cabang.
Tulisan berikut adalah kelanjutan catatan kelam daulah Fathimiyyah
yang berideologi Syi’ah. Termuat dari sejumlah karya tulis para ulama,
di antaranya adalah kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir rahimahullaah, seorang ulama besar bermadzhab Syafi’i.
Prahara pada Tahun 478 H – 482 H
Pada tahun 478 H, Syi’ah Rafidhah menyerang umat
Islam di Baghdad. Terjadilah peperangan dengan jumlah korban yang sangat
banyak dari kedua belah pihak.
Padahal, pada tahun itu terjadi wabah demam di mana-mana, kematian binatang-binatang ternak secara mendadak, serta wabah tha’un (sejenis penyakit pes) yang menyerang secara luas di Irak, Mekkah, Madinah, dan Syam.
Pada tahun 481 H, Syi’ah Rafidhah melakukan
penyerangan terhadap kaum muslimin di Baghdad. Peperangan terjadi sekian
kali dengan jumlah korban yang cukup banyak dari kedua belah pihak.
Pada tahun 482 H, penduduk Karkh yang beraliran
Syi’ah Rafidhah menyerang umat Islam hingga terjadi peperangan yang
berkepanjangan. Peristiwa tersebut menelan korban sebanyak 200 jiwa dari
kedua belah pihak.
Prahara pada Tahun 490 H – 494 H
Pada tahun 490 H, daulah Fathimiyyah mengirim
menteri yang bernama Badrul Jamali sebagai duta kepada panglima perang
salib pertama. Menyampaikan kesiapan untuk bekerja sama menyerang kaum
muslimin di wilayah Syam yang dikuasai daulah Salajiqah dari Turki.
Perjanjian tersebut berisi adanya kesepakatan pembagian wilayah.
Daerah Syam sebelah utara akan dikuasai bangsa Eropa, sedangkan bagian
selatan Syam akan dikuasai oleh Syi’ah.
Meski, bangsa Eropa awalnya keberatan dengan perjanjian bilateral
tersebut. Karena tujuan utama bangsa Eropa adalah ingin menguasai Baitul
Maqdis. Namun pada akhirnya mereka menyetujui permohonan Syi’ah.
Pada tahun 492 H, bangsa Eropa tiba dan menyerang
wilayah Syam. Orang-orang Syi’ah membantu mereka dengan bala tentara
beserta berbagai senjata. Setelah melewati peperangan dahsyat, akhirnya
pasukan salib sampai kepada pengepungan Baitul Maqdis.
Mereka mempergunakan lebih dari 40 manjaniq (ketapel
pelontar ukuran besar) untuk menghancurkan tembok-tembok pertahanan
Baitul Maqdis. Sementara sejumlah uskup memberikan motivasi kepada
tentara-tentara salibis untuk gigih dalam berperang. Dengan penuh
keangkuhan, mereka maju mengatas-namakan perang suci membela agama.
Hari Jum’at 7 Sya’ban, pasukan salib yang berjumlah 1.000.000 tentara
berhasil menduduki Baitul Maqdis. Pasukan Salib menjarah benda-benda
berharga dari Baitul maqdis. Mereka berbuat sewenang-wenang dan membunuh
lebih dari 60.000 warga di sekitar Baitul Maqdis.
Perang salib sendiri berlangsung selama dua abad. Invasi militer
pertamanya pada tahun 440 H dengan dukungan dari pihak gereja katolik di
Roma. Tahun itu mereka berhasil menguasai sejumlah wilayah di Syam dan
sekitar sungai Eufrat. Pihak gereja mengirimkan para uskup dalam perang
tersebut. Bahkan memprovokasi raja-raja Eropa untuk turut andil dalam
misi besar ini.
Pada tahun 494 H, pasukan Syi’ah menyerang daerah
Isfahan dan sekitarnya. Mereka membunuh umat Islam di sana, menjarah
rumah-rumah yang ada, dan mengumumkan akan membunuh orang-orang yang
dianggap terhormat.
Terjadilah pertumpahan darah di daerah tersebut. Sebelumnya, mereka
juga merebut benteng dalam jumlah banyak. Hal ini mengakibatkan
kelemahan di tubuh kaum muslimin, hingga pasukan salib mudah menguasai
wilayah-wilayah Islam.
Prahara pada Tahun 496 H – 500 H
Pada tahun 496 H, seorang pengikut Syi’ah Rafidhah
membunuh seorang ulama bernama Abul Muzhaffar al-Khujandi usai mengajar
di masjid jami’ di daerah Rayy. Beliau adalah salah satufuqaha’ bermadzab Syafi’i.
Pada tahun 500 H, seorang menteri bernama Fakhrul
Malik terbunuh di Naisabur pada bulan Dzulhijjah. Ketika beliau keluar
dari rumahnya sore hari dalam keadaan berpuasa, lalu bertemu dengan
seseorang yang mau melaporkan pengaduan dengan membawa berkas.
Beliau pun mendekat dan membacanya. Di kala beliau membaca dengan
seksama, pemuda yang kelak diketahui sebagai pengikut Syi’ah itu,
langsung menikamnya dengan belati hingga meninggal pada usia 66 tahun.
Pemuda tersebut akhirnya ditangkap dan dibawa ke hadapan Sultan.
Diapun mengakui perbuatannya. Bahkan berdusta bahwa dirinya disuruh oleh
para sahabat Menteri. Akhirnya, pemuda itu dan para sahabat Menteri
dijatuhi hukuman mati.
Prahara pada Tahun 503 H – 519 H
Pada tahun 503 H, seorang pengikut Syi’ah
melakukan percobaan pembunuhan terhadap menteri yang bernama Abu Nasr,
namun upaya tersebut gagal. Hanya saja Abu Nasr terluka akibat hal itu.
Setelah dinterogasi, akhirnya pengikut Syi’ah itu memberitahukan
keberadaan teman-temannya (Syi’ah Ismailiyyah) yang ikut andil dalam
misi tersebut. Setelahnya, mereka semua dijatuhi hukuman mati.
Pada tahun 505 H, umat Islam di bawah pimpinan
Maudud bin Zanki, raja Mosul menyerbu pasukan salib yang berada di Syam.
Kaum muslimin meraih kemenangan, membunuh banyak tentara salibis, dan
berhasil merebut benteng dalam jumlah yang banyak dari tangan bangsa
Eropa.
Lalu pasukan Islam kembali. Ketika memasuki Damaskus, Maudud masuk
masjid jami’ untuk menunaikan shalat di dalamnya. Datanglah seorang
pengikut Syi’ah Ismailiyyah yang menyamar sebagai pengemis.
Pengemis gadungan tersebut meminta sesuatu kepada Maudud. Ketika
beliau mendekat hendak memberi, pengikut Syi’ah itu langsung menikam
tepat di hatinya hingga meninggal dunia.
Pada tahun 519 H, seorang pengikut Syi’ah tega membunuh hakim senior yang bernama Abu Sa’d al-Harawi di daerah Hamadan. Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.
Prahara pada Tahun 562 H – 565 H
Pada tahun 562 H, seorang menteri daulah Fathimiyyah
bernama Syawir, mengirim utusan kepada raja Eropa di Baitul Maqdis,
untuk meminta bantuan menyerang pasukan Nuruddin Mahmud di Mesir.
Akhirnya pasukan salib dengan bantuan orang-orang Syi’ah menyerang
Mesir.
Setelah terjadi peperangan yang cukup alot di antara kedua belah
pihak, pasukan gabungan tersebut dapat dikalahkan pasukan Islam pimpinan
Nuruddin Mahmud.
Pada tahun 564 H, seorang staf khalifah Fathimiyyah
bernama at-Thawasyi mengirim surat dari istana kerajaan kepada bangsa
Eropa, agar membantu mengusir pasukan Islam pimpinan Shalahuddin
al-Ayyubi dari Mesir.
Di tengah jalan, utusan yang membawa surat rahasia tersebut dapat
ditangkap. Shalahuddin al-Ayyubi akhirnya mengetahui akan pengkhianatan
ini. Lalu at-Thawasyi dapat dibunuh di kemudian hari.
Pada tahun 565 H, para pejabat Syi’ah mengirim surat meminta bantuan kepada bangsa Eropa. Pasukan salib pun datang ke Mesir dari segala arah.
Memasuki bulan Safar, bangsa Eropa dengan bantuan orang-orang Syi’ah
mengepung kota Dimyath selama 50 hari dan membunuh kaum muslimin yang
ada di sekitarnya.
Shalahuddin al-Ayyubi khawatir mereka nantinya akan menduduki kota
al-Quds (Yerussalem), maka beliau meminta bantuan kepada Nuruddin Mahmud
di Damaskus. Nuruddin segera mengerahkan pasukan besar untuk membantu
umat Islam disana. Akhirnya, bangsa Eropa pergi meninggalkan Dimyath.
Pasukan salib tidak melanjutkan misinya karena terjadi silang
pendapat di antara mereka tentang strategi apa yang akan dilaksanakan.
Apalagi, adanya laporan bahwa pasukan Nuruddin Mahmud menyerbu wilayah
mereka, mengepung benteng terkuat di kota Karkh dan menguasainya.
Selama hidupnya, Nuruddin Mahmud berjuang dengan segenap kemampuannya
untuk membela agama Allah. Menjaga wilayah perbatasan, melawan
kejahatan negara kafir. Beliau berhasil mengembalikan lebih dari 50 kota
yang dulunya dikuasai kaum Nasrani.
Catatan tentang Daulah Fathimiyyah
Para pembaca yang mulia, sesungguhnya para khalifah daulah
Fathimiyyah adalah sekumpulan orang yang paling banyak menimbun harta,
gemar melakukan kezaliman, dan paling buruk riwayat hidupnya dalam
sejarah.
Kemungkaran dan kebid’ahan banyak terjadi di mana-mana. Orang-orang
jahat bertambah banyak di berbagai tempat, sementara orang-orang shalih
semakin sedikit. Ditambah pula ajaran agama Nasrani berkembang pesat di
Syam.
Selama daulah Fathimiyyah berkuasa, banyak tempat yang dihancurkan
oleh pasukan salib. Banyak pula harta yang dirampas oleh orang-orang
kafir kala itu.
Bangsa Eropa menguasai wilayah-wilayah Islam yang dahulunya berhasil
ditaklukkan oleh para sahabat Nabi. Umat Islam banyak yang terbunuh,
banyak kaum wanita dan anak-anak ditawan oleh bangsa Eropa. Tidak ada
yang mengetahui jumlah-nya secara persis kecuali Allah l saja. Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.
Syi’ah tega melakukan berbagai kejahatan disebabkan adanya keyakinan
sesat bahwa kaum muslimin di luar kelompoknya adalah kafir dan halal
darahnya.
Akhir Kata
Imam Syafi’i rahimahullaah berkata tentang
sekte Syi’ah, “Aku tidak pernah melihat para pengikut hawa nafsu yang
lebih dusta dalam ucapan, dan bersaksi dengan persaksian palsu daripada
Syi’ah Rafidhah.” (lihat al-Ibanah al-Kubra)
Hati yang lurus tak akan tenang dengan kejahatan dan pengkhianatan
mereka. Luka-luka di hati kaum muslimin jelas begitu mendalam.
Namun, semestinya kita bersikap sesuai syariat dalam menyikapi
permasalahan tersebut. Yaitu dengan menghindari tindak anarkis dan
menyerahkan urusan tersebut kepada pemerintah.
Bersambung… Insya Allah.
Penulis: Ustadz Muhammad Hadi hafizhahullaahu ta’aalaa
Sumber :